Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup melemah 0,4% di angka Rp16.190/US$ pada kemarin, Rabu (8/1/2025). Depresiasi ini menghapus penguatan sehari sebelumnya sebesar 0,04%.
elemahan rupiah kemarin menjadi respon terhadap sikap pelaku pasar yang wait and see menjelang hasil risalah the Fed Kamis dini hari tadi.
Dan, hasilnya pada FOMC Minutes semalam, risalah menunjukkan the Fed semakin mengkonfirmasi terhadap isyarat perlambatan laju cut rate tahun ini.
Mengutip dari risalah the Fed dini hari tadi “Pejabat Federal Reserve” pada pertemuan bulan Desember mereka menyatakan kekhawatiran tentang inflasi dan dampak yang dapat ditimbulkan oleh kebijakan Presiden terpilih Donald Trump, yang mengindikasikan bahwa mereka akan bergerak lebih lambat dalam pemangkasan suku bunga karena ketidakpastian”
Tanpa menyebut nama Trump, ringkasan pertemuan tersebut menampilkan setidaknya empat penyebutan tentang dampak perubahan dalam kebijakan imigrasi dan perdagangan terhadap ekonomi AS.
Sejak kemenangan Trump dalam pemilihan umum bulan November, Ia telah mengisyaratkan rencana untuk mengenakan tarif yang agresif dan menghukum terhadap Tiongkok, Meksiko, dan Kanada serta mitra dagang AS lainnya.
Secara teknikal, dalam basis waktu per jam, pergerakan masih dalam range sideways-nya, dengan posisi support atau potensi penguatan terdekat di level Rp16.000/US$, atau tepatnya Rp16.030/US$, yang didapatkan dari low candle intraday pada 18 Desember 2024.
Sementara untuk area resistance yang perlu diantisipasi sebagai wilayah pelemahan terdekat ada di Rp16.285/US$ yang merupakan high candle intraday pada 19 Desember 2024 lalu.